IDEALISME DAN GURU
Idealisme menekankan akal (mind) sebagai hal yang lebih dahulu
(primer), daripada materi, bahwa akal itulah yang riil dan materi hanyalah merupakan produk sampingan. Idealisme
mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan.
Pandangan
Idealisme terhadap Realitas, Pengetahuan, Nilai dan Pendidikan
Filsafat idealisme memandang bahwa
realitas akhir adalah roh, bukan materi dan bukan fisik. Realitas akhir ini
sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia. Hakikat roh dapat berupa
idea atau pikiran. Bagi penganut idealisme fungsi mental adalah apa yang tampak
dalam tingkah laku. Oleh karena itu jasmani atau badan sebagai materi merupakan
alat jiwa, alat roh, untuk melaksanakan tujuan, keinginan, dan dorongan jiwa
manusia.
Hakikat
manusia adalah jiwanya, rohaninya atau sering disebut dengan mind yang merupakan suatu wujud yang
mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah
laku manusia. Dengan kata lain mind
ini adalah faktor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia.
Realitas
mungkin bersifat personal dan mungkin juga bersifat personal dan impersonal.
Plato mengatakan bahwa jiwa manusia sebagai roh yang berasal dari ide eksternal
dan sempurna.
Dalam hubungannya dengan
pendidikan, idealisme memberikan sumbangan yang besar terhadap teori
perkembangan pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Filsafat idealisme
diturunkan dari filsafat metafisik yang menekankan pertumbuhan rohani. Kaum
idealis percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam spiritual, yang memiliki
pembawaan spiritual sesuai potensialitasnya. Oleh karena itu, pendidikan harus
mengajarkan hubungan antara anak dengan bagian alam spiritual. Pendidikan harus
menekankan kesesuian batin antara anak dan alam semesta. Pendidikan merupakan
pertumbuhan ke arah tujuan pribadi manusia yang ideal. Pendidik yang idealisme
mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidik harus memandang anak
sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
Aliran filsafat idealisme cukup
banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh
terhadap pemikiran dan praktik pendidikan.
Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah.
Menurut filsafat idealisme pendidikan harus tetap terus eksis sebagai lembaga
untuk proses pemasyarakatan manusia dalam memenuhi kebutuhan spiritual dan
tidak sekedar kebutuhan alam semesta.
Filsafat idealisme pada abad
ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga
kemanusiaan sebagai ekspresi realitas spiritual. Bagi aliran idealisme, anak
didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Mereka
yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka
lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman
pribadinya sebagai makhluk spiritual.
Guru yang menganut paham
idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan,
mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual. Selain
itu pula, Para pendidik yang idealis lebih menyukai bentuk-bentuk kurikulum subject-matter, yang menghubungkan
ide-ide dengan konsep dan sebaliknya, konsep dengan ide-ide.
Guru dalam sistem pengajaran yang
menganut aliran idealisme berfungsi sebagai berikut:
(1) guru adalah personifikasi
dari kenyataan si anak didik;
(2) guru harus seorang spesialis
dalam suatu ilmu pengetahuan daripada siswa;
(3) Guru haruslah menguasai
teknik mengajar secara baik;
(4) Guru haruslah menjadi pribadi
terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
(5) Guru menjadi teman dari para
muridnya;
(6) Guru
harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;
(7) Guru harus bisa menjadi idola
para siswa;
(8) Guru
harus rajin beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan
para siswanya;
(9) Guru harus menjadi pribadi
yang komunikatif;
(10) Guru
harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang
diajarkannya;
(11) Tidak hanya murid, guru pun
harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;
(12) Guru harus merasa bahagia
jika anak muridnya berhasil;
(13) Guru haruslah bersikap
demokratis dan mengembangkan demokrasi;
(14) Guru
harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya. Selain itu, jika ditinjau dari
kedudukan peserta didik, dalam aliran idealisme siswa bebas mengembangkan
kepribadian dan kemampuan dasarnya atau bakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar